Karakter Kepemimpinan Pandawa Lima
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Pagi itu pergi ke kampus agak sedikit kesiangan karena menjelang pagi turun hujan, sehingga harus berbenah rumah sebelum yakin betul kondisi dan situasi layak ditinggal. Kebiasaan pagi untuk mencapai ruangan harus menggunakan sarana lift, sehingga usia yang sudah tidak muda lagi ini sangat terbantu; sesaat keluar pintu; media sosial berdenting pertanda ada pesan masuk. Setelah di cek ternyata benar, pesan dari seorang sahabat di tepi kota sana mengatakan bahwa kenapa teori kepemimpinan yang sering dibahas dan dijadikan rujukan di Indonesia ini selalu kepemimpinan di negara luar sana, sementara negeri ini banyak sekali tipe kepemimpinan lokal yang juga bagus; kenapa janturan dalang pada wayang kulit atau wayang orang tentang kepemimpinan hanya berhenti di ruang hampa, tidak ada upaya untuk menulisnya.
Tentu sebagai seorang ilmuwan tantangan itu sangat menggelitik untuk melihat, mempelajari, memahami, mengendapkan, terakhir mengemukakan.
Atas dasar latarbelakang itulah maka tulisan ini mencoba mencuil sedikit kue dari Epos Mahabarata tentang kepemimpinan Pandawa Lima.
Berdasarkan penelusuran digital diperoleh informasi sebagai berikut: Pendowo Limo (juga ditulis Pandawa Lima) merupakan istilah dalam budaya Jawa yang merujuk pada lima tokoh utama dalam cerita pewayangan Mahabharata, yaitu lima Pandawa. Mereka adalah Yudhishthira, Bhima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Setiap tokoh memiliki karakter dan keahlian yang berbeda-beda, yang mencerminkan berbagai aspek kepemimpinan.
(1). Yudhishthira: Karakter: Bijaksana, adil, dan penuh tanggung jawab. Kepemimpinan: Mewakili sifat seorang pemimpin yang adil dan bijaksana, mampu memimpin dengan hati nurani dan integritas.
(2). Bhima: Karakter: Kuat, berani, dan loyal. Kepemimpinan: Mewakili kekuatan dan keberanian, serta kesetiaan kepada kelompok dan tujuan.
(3). Arjuna: Karakter: Terampil, cerdas, dan fokus. Kepemimpinan: Mewakili kecerdasan, keterampilan, dan kemampuan untuk fokus pada tujuan, serta mengambil keputusan strategis.
(4). Nakula: Karakter: Tampan, sehat, dan penuh kasih. Kepemimpinan: Mewakili keseimbangan, kesehatan, dan kepedulian terhadap kesejahteraan kelompok.
(5). Sadewa: Karakter: Cerdas, tenang, dan bijaksana. Kepemimpinan: Mewakili ketenangan dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, serta kecerdasan dalam menghadapi masalah.
Jika kita lanjutkan bagaimana tipe kepemimpinan pandawa lima ini adalah sebagai berikut:
Yudistira: Tipe Kepemimpinan: Bijaksana dan adil. Karakteristik: Yudistira dikenal sebagai pemimpin yang adil, bijaksana, dan penuh integritas. Dia selalu berusaha untuk bertindak berdasarkan prinsip dharma (kebenaran dan keadilan). Kelebihan: Memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang bijaksana, diakui sebagai pemimpin yang sah dan dihormati. Kelemahan: Kadang-kadang terlalu idealis dan dapat ragu-ragu dalam situasi yang membutuhkan keputusan cepat.
Bima: Tipe Kepemimpinan: Kuat dan tegas. Karakteristik: Bima dikenal karena kekuatan fisiknya dan keberaniannya. Dia selalu siap melindungi keluarganya dan melawan ketidakadilan. Kelebihan: Pemimpin yang tegas dan tidak ragu-ragu dalam bertindak, sangat loyal dan berani. Kelemahan: Kadang-kadang cenderung impulsif dan bisa terlalu agresif.
Arjuna: Tipe Kepemimpinan: Strategis dan karismatik. Karakteristik: Arjuna adalah seorang pejuang hebat dan pemanah ulung. Dia memiliki keahlian strategis yang sangat baik dan kemampuan untuk memotivasi orang lain. Kelebihan: Ahli dalam merencanakan dan melaksanakan strategi, mampu menginspirasi dan memimpin dengan karisma. Kelemahan: Terkadang terlalu percaya diri dan bisa terpengaruh oleh emosi.
Nakula: Tipe Kepemimpinan: Cerdas dan analitis. Karakteristik: Nakula dikenal karena kecerdasannya dan kemampuannya dalam menganalisis situasi. Dia adalah pemimpin yang berhati-hati dan penuh perhitungan. Kelebihan: Pemimpin yang cerdas dan mampu membuat keputusan berdasarkan analisis yang mendalam, sangat perhatian terhadap detail. Kelemahan: Bisa terlalu berhati-hati dan lambat dalam mengambil keputusan.
Sadewa: Tipe Kepemimpinan: Penuh pengetahuan dan konselor. Karakteristik: Sadewa adalah orang yang penuh dengan pengetahuan dan sering berperan sebagai konselor bagi saudara-saudaranya. Dia memiliki kemampuan untuk memberikan nasihat yang baik dan bijaksana. Kelebihan: Penuh pengetahuan dan mampu memberikan nasihat yang bijak, pemimpin yang mendukung dan membantu. Kelemahan: Terkadang lebih nyaman di balik layar dan kurang dalam inisiatif kepemimpinan yang langsung.
Setiap Pandawa menunjukkan gaya kepemimpinan yang berbeda, dan keberhasilan mereka seringkali berasal dari kerja sama dan kombinasi dari kekuatan masing-masing. Kepemimpinan Pendawa Lima mengajarkan bahwa pemimpin yang efektif harus menggabungkan berbagai sifat dan kemampuan untuk mencapai keberhasilan dan kesejahteraan kelompok yang dipimpin. Kombinasi dari kebijaksanaan, kekuatan, kecerdasan, keseimbangan, dan ketenangan adalah kunci untuk menjadi pemimpin yang baik.
Satu hal yang menjadi catatan dari semua hal di atas adalah: tidak ada seorang pemimpin yang sempurna, paripurna atau lengkap. Tetap saja yang namanya manusia memiliki kelemahan dan kekurangan. Oleh sebab itu sangat dianjurkan untuk “saling mengingatkan untuk menuju kebaikan”; dengan kata lain kritik membangun diantaranya mengingatkan akan kelemahan diri, adalah sesuatu yang dibutuhkan, bukan dimusihi apalagi di “musnahkan”. Tuhan menciptakan ketidaksamaan itu antaralain agar kita untuk selalu saling menyempurnakan, salah satu caranya adalah dengan saling mengingatkan. Saling meneguhkan dalam perbedaan adalah cara Tuhan saling melengkapkan diantara kita.
Epos Mahabarata itu ternyata juga berisi tentang kepemimpinan dan keteladanan; tetapi sayang semua itu kini tinggal di jagad pakeliran wayang. Sangat jarang para ahli tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang itu, sebab merasa lebih hebat jika bisa menggunakan milik orang asing. Mempelajari teori asing dalam dunia ilmu pengetahuan boleh-boleh saja karena ilmu pengetahuan itu bersifat universal, bahkan sangat dianjurkan; namun jangan lupa bahwa kita juga sebenarnya memiliki sendiri teori yang tidak kalah canggih. Dengan kata lain jangan sampai punya orang kita kuasai, punya sendiri dibuang. Orang bijak mengatakan “jangan sampai mengharap Elang yang terbang tinggi di awan, Punai ditangan dilepaskan”. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!