Tidak Penuh

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Beberapa hari lalu mendapat kiriman berita dari sohib disatu kabupaten, yang menunjukkan berita dengan gambar ada satu lembaga pendidikan justru diruang pimpinan lembaga negara itu tertera nama seseorang penasehat hukum swasta. Tentu saja hal ini memancing urat geli sekaligus konyol; mana ada lembaga negara bertindak atas nama negara yang memiliki petugas hukum negara (kejaksaan), justru memasang nama penasehat hukum swasta. Kiriman yang disertai komen dan pertanyaan itu mengingatkan satu istilah dalam bahasa jawa kata “Koplak”.; walaupun kata itu tidak tepat benar, karena diksi itu seolah konyol tetapi sebenarnya itu merupakan gambaran ketidakpahaman diri akan persoalan.

Sebelum lebih jauh kita memahami istilah itu, kita telusuri terlebih dahulu maknawinya. Dalam bahasa Jawa, istilah “koplak” sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang berperilaku konyol, lucu, atau bodoh dalam konteks yang tidak serius. Kata ini biasanya digunakan dalam situasi santai atau bercanda, dan meskipun mengandung unsur ejekan, penggunaannya lebih bersifat ringan atau untuk menegur atas kesalahan teman dengan cara yang tidak menyakitkan. Misalnya, jika seseorang melakukan sesuatu yang aneh atau lucu, teman-temannya mungkin menyebutnya “koplak” sebagai bentuk candaan.

Namun akhir-akhir ini kita sering menemukan “gaya kepemimpinan koplak” ini: yaitu, menggambarkan pendekatan kepemimpinan yang cenderung tidak konvensional, konyol, dan kadang-kadang dianggap tidak serius. Meskipun gaya ini mungkin tampak tidak efektif, namun ada kalanya situasi di mana pemimpin dengan pendekatan seperti ini bisa membawa dampak positif, terutama dalam konteks yang membutuhkan fleksibilitas, humor, atau suasana kerja yang santai. Berikut adalah beberapa karakteristik gaya kepemimpinan “koplak”:

1. Santai dan Tidak Formal

Pemimpin dengan gaya “koplak” biasanya tidak kaku dan lebih santai dalam berinteraksi dengan tim. Mereka mungkin tidak terlalu peduli dengan formalitas dan cenderung mengutamakan suasana yang nyaman dan penuh canda. Dalam beberapa kasus, ini bisa membantu mengurangi stres dan membuat tim merasa lebih dekat dengan pemimpin mereka.

2. Menggunakan Humor sebagai Alat

Gaya kepemimpinan “koplak” sering kali menggunakan humor sebagai alat utama dalam memimpin. Pemimpin ini mungkin sering bercanda, membuat lelucon, atau bersikap konyol untuk mencairkan suasana. Humor ini bisa membantu membangun hubungan yang baik dengan tim, tetapi jika tidak digunakan dengan bijak, bisa mengurangi rasa hormat atau profesionalisme.

3. Keputusan yang Tidak Konvensional

Pemimpin “koplak” mungkin membuat keputusan yang tampak aneh atau tidak biasa bagi orang lain. Mereka mungkin cenderung mengambil risiko, mencoba pendekatan baru, atau melakukan hal-hal yang tidak lazim dalam situasi tertentu. Pendekatan ini bisa membawa inovasi, tetapi juga bisa berisiko jika tidak disertai dengan pertimbangan yang matang. Contoh kasus pimpinan lembaga yang dikirim oleh teman di atas, termasuk kategori ini.

4. Fleksibel dan Tidak Kaku

Fleksibilitas adalah salah satu kekuatan dari pemimpin dengan gaya ini. Mereka mungkin tidak terlalu terikat pada aturan atau prosedur yang ketat, dan lebih memilih menyesuaikan diri dengan situasi yang ada. Ini bisa sangat berguna dalam lingkungan yang cepat berubah, tetapi bisa menjadi masalah jika tim membutuhkan arahan yang jelas.

5. Cenderung Kurang Disiplin

Salah satu kelemahan utama dari gaya kepemimpinan “koplak” adalah kurangnya disiplin. Pemimpin ini mungkin kesulitan menetapkan batasan, tenggat waktu, atau standar yang jelas. Mereka bisa dianggap tidak serius oleh tim, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi kinerja dan tingkat produktivitas.

6. Mengutamakan Hubungan Sosial

Pemimpin “koplak” sering kali lebih fokus pada membangun hubungan sosial yang baik dengan tim daripada memastikan bahwa semua tugas selesai dengan sempurna. Mereka mungkin lebih memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan tim daripada kinerja atau hasil akhir.

7. Mampu Menciptakan Suasana Kerja yang Nyaman

Meskipun gaya ini memiliki kelemahan, salah satu kelebihannya adalah kemampuan untuk menciptakan suasana kerja yang nyaman dan tidak tegang. Tim yang dipimpin oleh pemimpin “koplak” mungkin merasa lebih bebas untuk mengekspresikan diri dan tidak takut membuat kesalahan.

Kapan Gaya Kepemimpinan “Koplak” Bisa Efektif ?. Dalam Lingkungan Kreatif: Gaya kepemimpinan ini bisa sangat efektif dalam industri kreatif di mana inovasi dan pemikiran out-of-the-box sangat dihargai, terutama dalam situasi: Pertama, Menghadapi Tekanan: Ketika tim menghadapi tekanan yang besar, humor dan suasana yang santai dari pemimpin “koplak” bisa membantu meredakan stres. Kedua, Memperbaiki Hubungan Tim: Jika tim mengalami masalah dalam hal dinamika kelompok atau ada ketegangan internal, pemimpin dengan gaya ini bisa membantu memperbaiki hubungan melalui pendekatan yang lebih ringan dan sosial.

Risiko Gaya Kepemimpinan “Koplak” adalah: Pertama, Kurangnya Kredibilitas: Jika humor dan ketidakseriusan terlalu sering ditonjolkan, pemimpin bisa kehilangan kredibilitas di mata tim, bahkan bisa kehilangan kewibawaan.

Kedua, Ketidakjelasan Arah: Tanpa arahan yang jelas dan disiplin yang memadai, tim bisa merasa bingung tentang apa yang sebenarnya diharapkan dari mereka. Ketiga, Efisiensi yang Terganggu: Gaya ini bisa mengganggu efisiensi kerja jika terlalu banyak waktu dihabiskan untuk hal-hal yang tidak produktif.

Secara keseluruhan, gaya kepemimpinan “koplak” bisa efektif dalam situasi tertentu, terutama ketika keseimbangan antara kerja keras dan suasana yang menyenangkan diperlukan. Namun, penting bagi pemimpin dengan gaya ini untuk tetap menjaga keseimbangan antara humor dan keseriusan agar tujuan organisasi tetap tercapai. Menjadi persoalan manakala kekoplakan itu terjadi karena kebodohan sipemimpin sendiri dalam memformulasikan persoalan dalam tugas yang dia hadapi. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman