Tim Sukses Cakada: Datang, Teriak, Makan, Lalu?
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Tahapan Pemilihan Kepala Daerah Serentak 2024 sudah dimulai oleh KPU RI. Mereka yang masih menjadi pejabat publik perintah undang-undang harus cuti. Calon kepala daerah yang tidak menjabat bisa dengan leluasa memulai kegiatan berkampanye.
Sampai di sini, semua baik-baik saja. Namun, saat pembentukan tim pemenangan para calon kepala daerah, masalah mulai muncul.
Media yang digawangi Herman Batin Mangku (HBM) ini secara berimbang memuat berita kegiatan para calon. Diksi yang dipilihpun tampak sekali sangat hati-hati dalam rangka menjaga netralitas pemberitaan.
Walaupun dalam filsafat kenetralan, sebenarnya HBM menjadi ketidaknetralan pada dirinya sebab HBM harus selalu menghitung jarak agar semua baik-baik saja.
Ini berarti HBM dapat netral pada orang lain tetapi tidak dengan dirinya. Itulah resiko menjadi jurnalis sejati yang harus diambil dan dipertaruhkan.
Berita sebagai salah satu karya jurnalistik seperti ini boleh-boleh saja dan lumrah; namun bagi mereka yang memiliki ketajaman mata hati kejurnalistikan, sajian berita seperti ini mengandung sejuta makna.
HBM yang memiliki segundang pengalaman tentang pemilu dan pilkada dalam menyajika berita kepemiluan menunjukkan kelasnya.
Di samping hati-hati dalam laku pemberitaan, HBM tampak dalam menempatkan posisi medianya selalu terukur; sehingga tampilan “manis” dari sajiannya menjadi begitu bagus.
Walaupun, jika dibaca apa yang ada di balik tulisannya, beliau tampak berada pada ranah kegalauan saat melihat kualitas dari apa yang disajikan atau tampilkan oleh para calon peserta pemilukada.
Pejuang demokrasi bidang jurnalistik ini sangat concent bila bicara tentang kualitas kedemokrasian. Namun seiring itu pula HBM sering berjumpa dengan situasi dan kondisi yang tidak sesuai dengan harapannya.
Tentu kondisi ini membuat pemberitaan yang disajikan hanya ada pada wilayah “pandangan mata”. Barulah tampak ke-HBM-annya manakala beliau menyajikan opini dalam mengkritisi mereka-mereka yang jadi tim sukses hanya datang-ikut teriak-teriak lal makan dan ke “belakang”.
Padahal kita semua, termasuk HBM, berharap mereka menunjukkan lebih dari itu kelasnya.
Untuk itu, mewakili sisi lain dari pandangan HBM, penulis tulisan ini ingin mengingatkan para tim pemenangan dari pihak manapun anda, atau tim sukses dari pihak manapun anda, tolong digagas dan ditampilkan suatu kampanye yang berkualitas, elegan, dan bermartabat.
Teriak-teriak, konvoi kendaraan, panggung hiburan, bagi bagi hadiah bahkan sembako; semua itu sah-sah saja sejauh tidak melanggar undang-undang; namun perlu kalian pahami bahwa kami pemilih tidak butuh seperti itu saja.
Ada kebutuhan lain yang perlu anda siapkan adalah “mendengar suara kami”. Karena selama ini yang ada dan bergema hanya suara kalian, sementara suara kami kalian desak agar tidak terdengar sama sekali, dan lebih parah lagi anda terburu-buru menyimpulkan bahwa kami akan memilih anda. (SJ)
Editor: Gilang Agusman