Tetap Baik Walau Berbeda

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Sudah menjadi kebiasaan umum saat hari Raya Id Fitri seperti beberapa hari lalu, kita mendapatkan ucapan atau juga mengirimkan ucapan yang berisi permohonan maaf kepada sanak saudara, handai tolan, kerabat dan “teman jauh” sekalipun. Apalagi saat seseorang ada pada posisi puncak karier atau jabatan; tidak aneh jika yang bersangkutan “kebanjiran” ucapan maupun “bingkisan” dari berbagai penjuru. Sampai-sampai Gubernur Jawa Barat harus berkata bahwa sebaiknya “pemberian” itu disalurkan kepada mereka yang berhak untuk mendapatkannya.

Peristiwa seperti itu juga sudah pernah dialami lebih dari dua puluh tahun lalu; dan seiring perjalanan waktu seleksi alami berjalan. Melalui “kematian” dan “pelupaan” dan, pemilahan seperti itu terus berjalan, sampai menyisakan residu sosial yang juga ikut menua. Akan tetapi ternyata “mutiara akan tetap sebagai mutiara, sekalipun dia ada di dalam lumpur hitam pekat”. Demikian juga manusia yang terbalut ahlak mulia, sekalipun memiliki keyakinan yang berbeda; dia tetap muncul sebagai “sinar terang” ditengah kegelapan. Dan, itu sekaligus yang membedakan dirinya dengan yang lain. Ternyata dari penelusuran lieratur yang ada makna filosofi “tetap baik walau berbeda” mencerminkan nilai kebijaksanaan, toleransi, dan kemanusiaan dalam perbedaan. Agar lebih jelasnya beberapa aspek filosofis tadi jika diuraikan akan kita temukan informasi sebagai berikut :

Kesadaran akan Keberagaman

Setiap individu memiliki latar belakang, keyakinan, dan cara pandang yang berbeda. Namun, perbedaan bukan alasan untuk bersikap buruk kepada orang lain.

Toleransi dan Harmoni

Menjaga kebaikan dalam perbedaan menunjukkan sikap toleransi, yaitu kemampuan untuk menerima keberagaman tanpa harus mengubah atau menentang perbedaan tersebut. Walaupun pada tataran praksis persoalan ini tidak mudah dibumikan, karena yang sama saja belum tentu bisa toleran apalagi yang berbeda. Di sini diperlukan kedewasaan sikap dan fikiran yang sehat serta kematangan jiwa yang baik.

Kemanusiaan di Atas Segalanya

Kebaikan adalah nilai universal yang melampaui batasan suku, agama, budaya, atau ideology, bahkan agama. Dengan tetap bersikap baik, kita menunjukkan bahwa kemanusiaan lebih penting daripada perbedaan yang ada.

Kebijaksanaan dalam Berinteraksi

Sikap baik dalam menghadapi perbedaan mencerminkan kedewasaan dan kebijaksanaan. Tidak semua orang memiliki pemikiran yang sama, namun bukan berarti harus bermusuhan.

Keseimbangan dalam Hidup

Dalam konsep harmoni kehidupan (sering disebut dalam filsafat Jawa atau Timur), menjaga keseimbangan antara perbedaan dan kebersamaan adalah kunci ketenteraman dan kebahagiaan bersama.

Filosofi ini mengajarkan bahwa perbedaan adalah bagian alami dari kehidupan, dan cara terbaik untuk menghadapinya adalah dengan tetap menjunjung nilai-nilai kebaikan. Ternyata kebaikan itu bisa menembus sekat perbedaan apapun, termasuk keyakinan. Oleh sebab itu tidak aneh jika seiring perjalanan waktu mutiara itu muncul dipenghujung dari pendulangan yang lama “digoyang” oleh hempasan peristiwa dan prahara.

Bisa dibayangkan sekian puluh tahun lalu menebar benih kebaikan, ternyata seiring perjalanan waktu pohon yang pada waktu itu tumbuh subur, bisa jadi kini tinggal tidak lebih dari dua batang saja. Demikian halnya “anakkan” yang dulu sumbur berlimpah, ternyata yang tersisa tidak lebih hanya empat anakan yang kini juga baaraau tumbuh dewasa. Tidak salah jika orang bijak pernah berpesan “teruslah berbuat baik, sekalipun kebaikanmu tidak didunia ini tubuh suburnya; namun Tuhan menjanjikan atasnya kelak di alam sana dia akan bersamamu”. Tidak salah juga jika tokoh agama terkenal selalu mewanti-wanti bahwa “ahlak itu sering tidak terkait dengan agama, sekalipun agama selalu mengajarkan akan pentingnya ahlakulkharimah”.

Di samping itu jangan pula berhenti berdoa karena Jalaluddin Rumi pernah berpesan “jangan batasi doa mu dengan nalar pikiranmu, karena yang kau anggap mustahil, bisa dengan mudah Allah mewujudkannya”. Terimakasih orang baik, keyakinan kita bisa berbeda, namun kemuliahan hatimu bisa menembus batas ruang dan waktu. Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman