Calon Bokek, Pilkada Jadi Siapa Memainkan Siapa

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Siang itu gerah, temperatur pengukur suhu mencapai 33 derajat Celcius. Teriknya bukan main, namun semua itu tidak menyurutkan untuk menyimak hotnya “permainan” yang sedang “bermain” di media sosial, diantaranya media yang kita baca ini.

Berita yang lagi ikut naik suhunya seperti cuaca siang itu didominasi berita-berita pemilihan umum daerah. Ternyata, ada pasangan calon yang terkesan “main-main”. Uji wong Palembang, telanjur, asal idak bae.

Ada juga yang terkesan sedang memainkan “mainan” kesana-kemari hingga akhirnya sulit dilihat siapa sesungguhnya yang memainkan siapa.

Pascatiarapnya touke, ada calon yang terkesan setengah hati dalam arena “permainan” ini. Mungkin, sudah bukan ketua partai lagi dan pasangannya pas-pasan, maka dalam bermainpun terkesan main-main ya asal idak bae  itu tadi.

Mau mundur sudah tidak mungkin, mau laju kencang “bensin” tidak cukup, maka ya sudahlah teruskan saja, istilah bahasa Sundanya kumaha engke yang terjemahan bebasnya bagaimana nanti.

Ada juga calon yang digoreng perkara ijazahnya. Anehnya yang bersangkutan tenang-tenang saja terkesan tungguk ko hagamu yang terjemahan bebasnya puaskan maumu. Atau, memang iya ya? Pokoknya saling mainlah.

Akar rumput dan para “radio canting” malah sepertinya yang terkesan sudah kebakaran, namun dahan di atas adem ayem ditiup angin sepoi-sepoi. Seolah-olah terbaca “mau jadi hayo, gak juga gak apa-apa karena sudah pernah ngerasain kursi itu.”

Ada lagi calon yang terkesan menunggu “muntahan” lawan. Calon ini tidak banyak bersosialisasi, namun selalu mengirim utusan untuk memonitor jika ada pihak lawan berkampanye.

Setelah usai kubu sebelah beracara, baru pendekatan personel dilakukan, dan memberikan alternatif pilihan. Kesan calon “gak modal” ini lebih mengandalkan jaringan kekerabatan, dan atau pertemanan.

Beda lagi yang lainnya, kerjanya mengintip kelemahan lawan untuk menghantam balik. Seperti main petak umpet, tidak mau meninggalkan sarang, namun begitu ada peluang langsung teriak paling kencang.

Lagi lagi, mereka semua bermain sambil main-main. Dan, sekarang, ada media yang mereka jadikan sarana untuk dijadikan senjata. Bermodal buzzer dengan sedikit dana dan pulsa, maka konten dimainkan.

Cerita adu gagasan, adu konsep, tampaknya itu hanya untuk memuaskan kameramen saat shooting saja. Di alam nyata, meminjam istilah almarhum Brury Marantika, “Aku begini, kau begitu … sama saja.”

Sama-sama tidak serius karena banyak faktor yang berkelindan di sana. Tentu saja hal seperti ini yang dirugikan adalah para “radio canting” (tim penggembira/tim sukses) karena jualannya tidak layak jual.

Merekapun banyak tidak dapat celah untuk mendapatkan cuan, karena para calon sudah amat sangat paham dengan kelakuan mereka. Terlepas dari, calonnya sendiri modalnya pas-pasan atau memang pelit.

Pada masa lalu, ada broker kebon yang menjadi pundi-pundi, sehingga para radio canting pesta pora berkuah-kuah hingga mulutnya cemang-cemong. Dengan kata lain, sang calon pada masa lalu masih bisa mereka “goreng” sampai perut buncit.

Musim sudah berganti, para calon hanya bisa mengajak para radio cantingnya berjuang dulu bersama dan menjanjikan enaknya jika sudah terpilih kelak. Apalagi, pundi-pundinya dalam pengawasan istri, ada kalkulasinya.

Para tim sukses yang dulu yang sudah ketagihan menikmati enaknya uang kebon tak terlihat lagi. Mereka sepertinya hanya mengintip dan berusaha merapat pada kelompok yang kelihatan bakal menang.

Rakyat juga sudah mengerti, mereka tak lagi menelan bulat-bulat seribu janji yang begitu mudah muncrat dari para calon ketika kampanye. Bermain api dengan janji, tampaknya sudah tidak laku lagi pada musim pilkada saat ini.

Adu spanduk juga sudah kalah dengan gawai modern masa kini. Tinggal bagaimana memelihara ahli pembuat konten untuk berkreatif di media masa. Sayangnya media masa juga memiliki hukum algoritmanya sendiri.

Akhirnya, siapa memainkan siapa. Namun, bagi pemilih saat ini, mereka tidak hanya butuh uang tapi juga butuh masa depan. Jangan sampai, para calon dan radio canting membuat makin muak para pemilih.

Yang paling menakutkan pada hari pemilihan, mereka ogah datang ke bilik suara pada 27 November nanti. Sesungguhnya, mereka kunci dari semua permain para pemburu kekuasaan.

Jangan sampai, kepercayaan rakyat yang sudah menipis malah hilang dan itu tentu saja sangat membahayakan negeri ini di masa depan. Selamat berpesta demokrasi secara fair dan rasional, jangan tipu-tipu kami lagi. Paham! Salam Waras. (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Mahasiswa Universitas Malahayati, Zenni Vebi Yanti Raih Juara 2 Menembak Ajang Dodiklatpur

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Selamat kepada Zenni Vebi Yanti (22220357) Mahasiswa Program Studi S1 Manajemen Universitas Malahayati yang telah berhasil meraih Juara 2 (Jarak 80M) Menembak Piala Bergilir Komado Pendidikan Latihan Tempur  (Dodiklatpur) Baturaja. Lomba ini digelar dalam rangka HUT RI ke 79 di Baturaja (Sumatera Selatan), 25 Agustus 2024.

Lomba Menembak Piala Bergilir Komado Pendidikan Latihan Tempur (Dodiklatpur) Baturaja adalah sebuah acara kompetisi menembak yang diadakan untuk meningkatkan keterampilan menembak serta memupuk semangat kebersamaan dan sportivitas di kalangan peserta.

Acara ini biasanya melibatkan anggota TNI, mahasiswa dan masyarakat umum, dengan berbagai kategori lomba yang diadakan. Selain menjadi ajang unjuk kemampuan, lomba ini juga sering kali bertujuan untuk mempererat hubungan antar peserta dan mendukung pengembangan kemampuan militer.

Zeni mengungkapkan rasa syukur dan bangga atas raihan yang ia peroleh ini. “Alhamdulilah saya berhasil menjadi Juara 2, dan ini adalah prestasi yang membanggakan untuk saya”.

Ia mngucapkan rasa terimakasih kepada senior dan komandan serta rekan-rekan Resimen Mahasiswa Batalyon 207 Rajawali Pemburu Universitas Malahayati yang telah mensupport dirinya penuh. Sehingga ia bisa mengharumkan nama Universitas Malahayati di ajang ini.

Zeni berharap kedepannya bisa menjadi lebih baik lagi dan terus maju dalam lomba-lomba yang akan datang. Ia juga ingin memacu semangat rekan-rekan Menwa Universitas Malahayati agar lebih termotivasi.

Tak lupa ia berpesan agar teman-teman mahasiswa tetap semangat, apapun rintangan kedepannya harus bisa kita hadapi. Jangan pernah merasa puas dengan apa yang telah kita capai serta selalu bersyukur kepada Allah SWT. (gil)

Editor: Gilang Agusman

 

Memang Sudah Saatnya

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Pagi itu mendapat kiriman caption dari teman lama waktu kuliah di Bumi Sriwijaya hampir setengah abad lalu, yang saat ini beliau tinggal di lumbung padinya Sumatera Selatan, sebuah nasehat keagamaan berjudul seperti yang dijadikan judul tulisan ini. Ungkapan “memang sudah saatnya” dalam konteks filsafat bisa mengandung makna bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan waktunya yang tepat, mengikuti jalur atau takdir yang sudah ditetapkan oleh alam, logika, atau kehidupan itu sendiri. Ini bisa merujuk pada gagasan bahwa setiap perubahan, perkembangan, atau peristiwa dalam kehidupan memiliki momen yang tepat untuk terwujud.

Makna hakiki dari ungkapan “memang sudah saatnya” mengandung esensi bahwa sesuatu terjadi karena telah tiba waktunya yang tepat atau sesuai dengan takdir atau kehendak alam. Ungkapan ini sering mencerminkan keyakinan bahwa suatu peristiwa atau keadaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan karena ada suatu proses atau perjalanan waktu yang mengarahkan pada titik tersebut. Berdasarkan penelusuran digital ditemukan beberapa lapisan makna hakiki yang bisa ditangkap dari ungkapan ini: Pertama, Kematangan Waktu dan Peristiwa: Segala sesuatu dalam hidup memiliki waktu yang tepat untuk terjadi. Misalnya, seseorang yang telah berusaha keras dan akhirnya berhasil dapat dikatakan bahwa “memang sudah saatnya” keberhasilan itu datang karena segala usaha dan proses yang dilalui telah matang.

Kedua, Takdir atau Kehendak Alam: Ungkapan ini juga bisa mencerminkan pandangan bahwa ada kekuatan yang lebih besar (Tuhan) yang mengatur kapan sesuatu akan terjadi. Seolah-olah waktu atau momen itu adalah bagian dari rencana kosmik yang lebih besar. Ketiga, Kesiapan Diri atau Lingkungan: Dalam konteks pribadi, ungkapan ini bisa menunjukkan bahwa seseorang atau situasi tertentu telah siap menghadapi peristiwa yang terjadi. Hal ini menandakan bahwa kesiapan internal dan eksternal sudah ada sehingga peristiwa tersebut bisa terjadi dengan lancar.

Pada intinya, “memang sudah saatnya” adalah penerimaan bahwa segala sesuatu terjadi pada waktu yang tepat, baik karena hukum alam, logika, maupun kebijaksanaan spiritual (baca: takdir Tuhan). Dengan kata lain hakikat makna dari ungkapan “memang sudah saatnya” adalah penerimaan terhadap sebuah momen atau peristiwa yang dianggap wajar dan tak terelakkan karena telah mencapai titik waktu yang tepat. Ungkapan ini mencerminkan kesadaran bahwa segala sesuatu bergerak dalam alurnya masing-masing dan tiba pada momen yang sesuai, baik dalam kehidupan pribadi, proses alamiah, maupun dalam konteks sosial.

Secara esensial, hakikat ungkapan ini adalah keyakinan bahwa waktu memiliki cara tersendiri untuk mengatur peristiwa-peristiwa dalam kehidupan, dan setiap kejadian adalah hasil dari alur waktu yang tidak bisa dipercepat atau diperlambat. Dengan kata lain ungkapan “memang sudah saatnya” menjadi simbol penerimaan terhadap proses kehidupan dan waktu, mengakui bahwa segala sesuatu terjadi pada saat yang tepat, baik secara alami, sosial, maupun pribadi. Justru yang paling penting adalah sikap keberterimaan diri akan semua yang dijumpai di dunia ini adalah merupakan garis hidup yang telah ditetapkan sebelum kita lahir di dunia.

Pembelaan apapun atas takdir yang telah ditimpakan kepada kita, adalah pekerjaan sia-sia; bahkan ada diantara kita ada yang mencoba “membela diri” dengan menulis memoar diri; mungkin benar dari sudut subyektif. Namun manakala itu diukurkan melalui takdir yang salah satu bunyi hukumnya adalah “memang sudah saatnya”’; maka obyektifitas akan hadir dengan sendirinya. Jangan lupa bahwa setiap saat ada orangnya, setiap orang ada saatnya. Pengingkaran akan ketentuan keilahian adalah bentuk tipis-tipis dari syirik; sebaliknya menerima segala ketetapan keilahian dengan ihlas dan legowo, maka diujung sana ada ganjaran yang tak terbayangkan indahnya. Sebagai mahluk ciptaanNYA kita hanya diminta sabar dan ihlas dalam menjalankan segala ketentuanNYA.

Oleh sebab itu menerima “ketentuan keilahian” adalah tanda tawadhuknya hamba kepada Sang Maha Pencipta; Para alim berpesan “terbaik menurut kita belum tentu menurut Sang Maha Pencipta, sebaliknya terburuk menurut kita juga belum tentu menurut Sang Maha Pencipta”. Sebaik-baik ketentuan adalah ketentuan dari Sang Maha Menentukan. Terimakasih sahabat yang telah mengirimkan caption, semoga ini menjadi amal jariahmu; dan semoga diri dan keluargamu selalu dalam lindunganNYA. Salam Waras. (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Dosen Hukum Universitas Malahayati Jadi Saksi Ahli di Sidang Sengketa Pilbup Tana Tidung

BANJARMASIN  (malahayati.ac.id): Dosen Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Malahayati, Tubagus Muhammad Nasarudin, S.H., M.H., hadir sebagai saksi ahli dalam sidang sengketa Tata Usaha Negara terkait Pemilihan Bupati Tana Tidung, Kalimantan Utara. Sidang berlangsung di Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) Banjarmasin pada Rabu, 23 Oktober 2024.

Dalam keterangannya, Tubagus Muhammad Nasarudin menyoroti keputusan KPU Tana Tidung Nomor 298 Tahun 2024 yang menetapkan pasangan Ibrahim Ali dan Sabri sebagai peserta Pilbup. Menurutnya, keputusan tersebut mengandung cacat hukum administrasi karena tidak memenuhi syarat materiil dalam proses pembuatannya.

“KPU Tana Tidung tidak mengedepankan asas kecermatan atau bertindak cermat dalam membuat keputusan ini, yang mengakibatkan keputusannya tersebut merugikan bagi paslon yang lain,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa keputusan tersebut bisa dibatalkan oleh PTTUN Banjarmasin karena adanya pelanggaran oleh Paslon Ibrahim Ali yang telah melanggar terhadap Pasal 71 ayat 2 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016.

Tubagus menambahkan, semoga dari keterangannya itu dapat menjadi pertimbangan Majelis Hakim untuk memutus perkara ini dengan seadil-adilnya. (*)

 

Editor: Asyihin

Dwi Marlina Syukri, Dosen Universitas Malahayati, Kembali Jadi Pembicara di Konferensi Internasional India

India (malahayati.ac.id): Dwi Marlina Syukri, S.Si., M.BSc., PhD, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung, kembali menjadi pembicara dalam International Conference on “Innovation in Pharmaceutical Sciences: Bridging Biotechnology and Clinical Practices” yang diadakan di United Institute of Pharmacy, Prayagraj, India, pada 19-20 Oktober 2024.

Dalam presentasinya, Dwi membahas tentang manfaat biosintesis nanopartikel logam dalam upaya mengatasi resistensi antibiotik serta antiseptik yang bersifat karsinogenik. Metode biosintesis yang dipilih adalah proses sintesis menggunakan ekstrak tanaman Eucalyptus, yang diketahui kaya akan senyawa bioaktif.

“Tanaman Eucalyptus memiliki senyawa flavonoid dan total fenolik yang berfungsi sebagai agen pereduksi dan pelindung nanopartikel. Ini menjadikannya sumber yang potensial untuk pengembangan produk kesehatan,” ungkap Dwi saat menjelaskan manfaat bagi dunia kesehatan, yang meliputi sifat antibakteri, anti-inflamasi, dan antioksidan dari nanopartikel yang dihasilkan.

Konferensi ini dihadiri oleh para peneliti dan akademisi dari berbagai negara, termasuk Thailand dan Malaysia, yang membahas berbagai inovasi dalam bidang farmasi dan bioteknologi.

Selain sebagai pembicara, Dwi juga telah menerbitkan chapter book ber-ISBN yang baru terbit. Buku yang berjudul “Medicinal and Nutritional Importance of Eucalyptus camaldulensis in Human Health” ini diterbitkan oleh Springer, dengan nomor ISBN cetak 978-981-97-6894-3 dan ISBN online 978-981-97-6895-0. Buku tersebut merupakan bagian dari volume “Medicinal Plants and their Bioactive Compounds in Human Health: Volume 1”, yang diedit oleh M.A. Ansari, S. Shoaib, dan N. Islam.

“Diharapkan, hasil penelitian dan publikasi ini dapat berkontribusi pada pengembangan obat-obatan yang lebih aman dan efektif di masa depan,” tutup Dwi. (*)

 

Editor: Asyihin

Besok dan Kemarin

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Waktu akhir-akhir ini begitu cepat berlalu; sepertinya baru kemarin memberi kuliah di Program Doktor pada salah satu program studi di perguruan tinggi keagamaan terkenal dan bergengsi di daerah ini. Ternyata hari itu sudah selesai, harus bergeser ke program studi lain. Demikian juga di perguruan tinggi tempat home base berada, rasanya baru kemarin memberi kuliah di pascasarjana kesehatan ini; ternyata sekarang sudah ganti angkatan.

Semua itu mengingatkan wejangan salah seorang ulama besar pada jamannya yang mengatakan “jangan khawatirkan tentang besok, dan jangan kau sedihkan yang kemarin”. Karena semua memiliki “saat”, dan saat itu tidak akan tertukar satu dengan lainnya, Tuhan sudah mengaturnya jauh sebelum kita lahir di dunia. Tampaknya semua ini tidak dapat dikaji dengan pikir biasa, akan tetapi harus melalui pendekatan filsafat.

Filosofi dari “tidak terlalu khawatir tentang besok, tidak terlalu sedih tentang kemarin” mengajarkan pentingnya hidup di saat ini, atau sering disebut sebagai mindfulness. Filosofi ini menyiratkan beberapa makna penting:

Pertama, Hidup di Masa Sekarang. Kita sering terjebak dalam kekhawatiran tentang masa depan atau kesedihan atas apa yang sudah terjadi di masa lalu. Filosofi ini menekankan pentingnya fokus pada momen yang sedang berlangsung, karena hanya masa kini yang benar-benar ada dan dapat dikendalikan. Namun juga jangan lupa semua skenario itu sudah ada sebelum peristiwa itu ada, karena ada yang Maha Mengatur tentang itu semua.

Kedua, Menerima Ketidakpastian. Masa depan penuh dengan hal-hal yang tidak pasti. Kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi sering kali hanya membawa kecemasan tanpa solusi nyata. Dengan tidak terlalu khawatir tentang besok, kita diajak untuk percaya bahwa semua akan berjalan sebagaimana mestinya, selama kita melakukan yang terbaik di saat ini. Dan, masa depan kita semua sudah ditakdirkan sebelum kita ada.

Ketiga, Belajar dari Masa Lalu, Bukan Terjebak di Dalamnya. Masa lalu tidak bisa diubah. Sedih berkepanjangan tentang apa yang sudah terjadi hanya membuang energi. Filosofi ini mengajarkan bahwa kita sebaiknya belajar dari masa lalu, tetapi tidak membiarkan masa lalu menahan kita untuk maju.

Keempat, Mendapatkan Ketenangan Pikiran. Dengan melepaskan kekhawatiran tentang masa depan dan kesedihan tentang masa lalu, kita bisa mencapai kedamaian dan ketenangan batin yang lebih mendalam. Ini juga berhubungan dengan ajaran dalam banyak tradisi spiritual, yang menekankan pentingnya mindfulness dan kesadaran penuh terhadap momen ini.

Intinya, filosofi ini mengajak kita untuk lebih bijak dalam menyikapi waktu: menghargai momen sekarang, melepaskan hal-hal yang sudah berlalu, dan tidak terlalu membebani diri dengan apa yang belum terjadi. Hakikat dari “tidak terlalu khawatir tentang besok, tidak terlalu sedih tentang kemarin” adalah penerimaan terhadap ketidakpastian dan keterbatasan manusia dalam mengendalikan waktu. Hakikat ini berfokus pada tiga aspek utama:
Pertama, Kesadaran akan Ketidakpastian Waktu. Masa depan adalah sesuatu yang tidak bisa diprediksi sepenuhnya, dan masa lalu adalah sesuatu yang tidak bisa diubah. Hakikat ini mengajak kita untuk menerima bahwa ada hal-hal di luar kendali kita, terutama yang berkaitan dengan waktu, sehingga kekhawatiran dan kesedihan tidak akan memberikan manfaat nyata.

Kedua, Ketenangan dan Kebijaksanaan dalam Bertindak. Hakikat dari pernyataan ini menekankan pentingnya tindakan bijaksana di saat ini. Kita diajak untuk fokus pada hal-hal yang bisa kita lakukan sekarang, tanpa terlalu terbebani oleh masa depan yang belum pasti atau masa lalu yang sudah lewat. Ini mengarah pada ketenangan pikiran yang lebih stabil, di mana keputusan dibuat berdasarkan keadaan saat ini.

Ketiga, Melepaskan Beban Emosional yang Tidak Perlu. Sedih berlebihan tentang masa lalu atau khawatir berlebihan tentang masa depan adalah beban emosional yang menguras energi. Dengan melepaskan beban ini, kita dapat menjalani hidup dengan lebih ringan, fokus, dan damai. Hakikatnya adalah belajar melepaskan apa yang tidak bisa diubah, sambil tetap optimis dan berusaha untuk yang terbaik dalam kehidupan sehari-hari.

Secara keseluruhan, hakikat ini mengajarkan kita tentang keseimbangan emosional dan mental, serta kesadaran untuk menjalani hidup dengan lebih bijaksana, tanpa dibebani oleh apa yang sudah berlalu atau apa yang belum terjadi. Agama (Islam) mengajarkan “jangan kau mencintai sesuatu secara berlebihan, karena pada waktunya itu akan kau benci. Dan jangan pula kau membenci sesuatu secara berlebihan, karena tiba wakunya nanti justru itu kau cintai”. Memang petuah ini mudah dapat diucapkan, tetapi tidak semua kita mampu menjalankannya. Memerlukan keheningan pikir dan mengendapnya rasa untuk menemukenali segala sesuatu dibalik peristiwa. Salam Waras. (SJ)

Editor: Gilang Agusman

Selamat Memperingati Hari Santri Nasional “Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan”

BANDARLAMPUNG (malahayati.ac.id): Selamat Memperingati Hari Santri Nasional, 22 Oktober 2024. “Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan”

“Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan” dipilih sebagai tema Hari Santri 2024 dengan makna yang mendalam. Frasa “menyambung juang” mengandung arti meneruskan semangat perjuangan para pendahulu, sementara “merengkuh masa depan” mencerminkan gerakan bersama menuju kesejahteraan.

Tema ini menyiratkan pesan bahwa perjuangan santri tidak pernah berhenti. Setiap generasi memiliki tantangan zamannya sendiri yang harus dihadapi dengan semangat juang yang sama seperti para pendahulu. Perjuangan ini harus terus disambung dan dilanjutkan demi masa depan yang lebih baik. (gil/humasmalahayatinews)

250 Mahasiswa Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners Universitas Malahayati Ikuti Kuliah Pakar Kesehatan Jiwa Tatanan Komunitas Remaja

 

Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Sebanyak 250 mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) dan Program Studi Profesi Ners Universitas Malahayati mengikuti kuliah pakar bertajuk “Kesehatan Jiwa Tatanan Komunitas Remaja”  di Gedung Rektorat, Selasa, 22 Oktober 2024.

Acara ini mengusung tema “Kesehatan Mental adalah Prioritas Utama, Jangan Biarkan Pikiran Negatif Merusak Kebahagiaanmu.”

Acara dibuka langsung Kaprodi PSIK, Aryanti Wardiyah, S.Kep, Ns., M.Kep., Sp.Kep. Mat., didampingi Sekretaris Prodi Ilmu Keperawatan Rillyani, S.Kep.,Ns., M.Kes dan Sekretaris Prodi Profesi Ners, Eka Yudha S. Kep., Ns., M. Kep serta jajaran Dosen Prodi Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners

Dalam sambutannya, Aryanti menegaskan pentingnya pemahaman tentang kesehatan jiwa, terutama di tatanan komunitas remaja, yang sejalan dengan visi dan misi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati yang berfokus pada komunitas.

“Tujuan dari kegiatan ini adalah agar mahasiswa semakin memahami pentingnya kesehatan jiwa, khususnya di kalangan remaja. Dengan pemahaman ini, kita berharap mahasiswa dapat berperan aktif dalam menjaga kesehatan jiwa di komunitas mereka,” kata Aryanti.

Hadir sebagai pemateri, Ners. H. Satrio Kusumo Lelono, M.Kep., Sp.Kep.J dan Triyoso, S.Kep., Ners., M.Kes., yang memberikan wawasan mendalam terkait kesehatan jiwa di tatanan komunitas remaja.

“Harapannya, kuliah pakar ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, sehingga mereka lebih mengenal aspek-aspek kesehatan jiwa di komunitas remaja langsung dari para pakar,” tambah Aryanti.

Selain itu, Aryanti berharap lulusan PSIK Universitas Malahayati mampu menjadi perawat yang KUAT (Kreatif, unggul, aktif, dan terampil) sehingga dapat memberikan kontribusi nyata di bidang kesehatan jiwa di masa depan. (*)

Editor: Asyihin

Program Studi S1 Keperawatan dan Profesi Ners Universitas Malahayati Raih Akreditasi Unggul

Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Program Studi S1 ​​Keperawatan Universitas Malahayati berhasil meraih akreditasi dengan predikat unggul dari Perkumpulan Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (Perkumpulan LAM-PTKes).

Keberhasilan ini dikukuhkan dengan Surat Keputusan (SK) Nomor 0784/LAM-PTKes/Akr/Sar/X/2024, di mana Program Studi S1 ​​Keperawatan mendapatkan skor akreditasi sebesar 365.

Sementara itu, Program Profesi Ners Universitas Malahayati juga meraih nilai tinggi, yakni 361, sesuai dengan SK Nomor 0785/LAM-PTKes/Akr/Pro/X/2024 juga meraih predikat unggul.

Rektor Universitas Malahayati Bandar Lampung, Dr. H. Muhammad Kadafi, SH, MH, menyampaikan apresiasi dan ucapan selamat kepada Program Studi S1 ​​Keperawatan atas pencapaian tersebut.

“Ini adalah prestasi yang memuaskan bagi universitas. Kami berterima kasih kepada tim yang telah bekerja keras untuk mencapai hasil ini,” ujarnya.

Muhammad Kadafi juga menyampaikan terima kasih kepada tim asesor, Teuku Tahlil, S.Kp., MS, Ph.D., Dr. Ns. Vivi Yosafianti Pohan, M.Kep., dan Dr. Yektiningtyastuti S.Kp., M.Kep., Sp.Mat., yang telah memberikan masukan berharga selama proses akreditasi.

Universitas Malahayati Bandar Lampung menjadi PTS pertama prodi S1 Keperawatan dan profesi ners yang unggul di Sumatera.

Sebelumnya, pada tanggal 19-21 September 2024, tim asesor dari LAM-PTKes melakukan serangkaian evaluasi lapangan di Universitas Malahayati. Proses evaluasi ini meliputi pengamatan langsung terhadap fasilitas kampus, kurikulum, dan proses pembelajaran di Program Studi S1 ​​Keperawatan.

Tim asesor juga melakukan wawancara dengan dosen, mahasiswa, dan staf administrasi untuk mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai kualitas program studi.

Evaluasi tersebut berdasarkan sembilan kriteria utama, yaitu visi dan misi, tata kelola, kualitas peserta didik, sumber daya manusia, keuangan, sarana dan prasarana, pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, serta luaran dan capaian program studi. (*)

Redaktur : Asyihin

Universitas Malahayati Hadiri Workshop Pengenalan Fraud dan Governance di Perguruan Tinggi

Bandar Lampung (malahayati.ac.id): Universitas Malahayati menghadiri workshop bertema “Pengenalan Jenis-Jenis Fraud dan Sanksinya serta Pengenalan Governance, Risk, and Compliance (GRC) di Perguruan Tinggi” di Sheraton Lampung Hotel, Senin, 21 Oktober 2024.

Workshop ini diselenggarakan oleh Satuan Pengendalian Internal (SPI) Universitas Lampung, bertujuan untuk meningkatkan sinergi dan komitmen pemangku kepentingan dalam mengimplementasikan tata kelola, manajemen risiko, pengendalian internal, serta kepatuhan di lingkungan perguruan tinggi.

Mewakili Universitas Malahayati, hadir Dekan Fakultas Hukum Aditia Arief Firmanto, SH, MH., Kepala Humas Emil Tanhar, S. Kom., dan Kepala Kepegawaian Anik Setyarini, SE., M.Ak.

Mereka bergabung bersama perwakilan dari berbagai universitas lainnya untuk mendalami praktik-praktik pencegahan fraud dan pengelolaan risiko di institusi pendidikan tinggi.

Workshop ini menghadirkan narasumber dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) serta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Jakarta.

Mustofa Kamal, S.E., M.S.Ak, CFA, CRMP, CHFI dari BPKP Jakarta menyampaikan materi terkait jenis-jenis fraud, contoh kasus di sektor pendidikan, serta sanksi yang dapat diberikan terhadap pelaku fraud.

Sementara itu, Dwi Amalia Sari, MBA, PhD, CFrA dari BPK Jakarta, membahas pengenalan konsep Governance, Risk, and Compliance (GRC) serta beberapa studi kasus penerapan GRC di Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum (PTN BLU).

Acara ini dimoderatori Prof. Dr. Marselina, SE., M.P.M., PIA., CRP., yang menekankan pentingnya kolaborasi antara SPI dan manajemen universitas dalam menciptakan lingkungan akademis yang transparan dan akuntabel. (*)