Jalan Pagi
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Lampung
Karena jenuh di rumah selama proses pemulihan dari sakit, maka pagi itu mencoba berjalan kaki menelusuri jalan raya dekat kampus Universitas Keagamaan Negeri yang sangat terkenal di Provinsi ini, kebetulan posisi tempat tinggal tidak jauh dari perguruan tinggi tersebut.
Niatnya jika ada tukang gunting rambut sekalian mampir untuk pangkas karena rambut yang memutih ini sudah mulai gatal. Ternyata tidak ditemukan tukang gunting rambut, yang paling banyak adalah toko fotokopi, toko makanan, toko kelontong dan toko serba ada, itupun melayani kelas mahasiswa.
Jalan di tepi dengan lalu lintas yang padat, untuk usia seperti penulis ternyata cukup membahayakan, bahkan memerlukan perjuangan tersendiri; karena belum terlalu sehat jalan agak kurang stabil, berakibat sering harus berhenti untuk atur posisi. Nah, disaat berhenti sejenak itulah ternyata melihat pemandangan yang mengejutkan.
Semula pohon-pohon pelindung tepi jalan yang rindang dan menakjubkan; Sekarang berubah, pohon-pohon itu harus tersakiti, dipaku kemudian disuruh memanggul foto diri dari banyak calon, apapun namanya. Bisa dibayangkan satu pohon sebesar paha kurus orang dewasa, harus memanggul gambar diri yang tidak tau diri untuk banyak orang.
Estetika menjadi begitu terganggu gara-gara kontestasi politik yang tidak beretika ini berjalan.
Pertanyaannya apakah nanti pada masa pengenalan diri habis, foto diri itu akan dicabut oleh yang bersangkutan. Rasanya tidak mungkin, karena begitu banyak dan bertebaran di mana-mana, dan jika dicabutpun, paku yang tertancap pada pohon itu akan tetap menjadi luka bagi sang pohon.
Namun ada yang tahu diri, mereka membuat foto diri dengan bermodalkan tiang penyanggah sendiri, tanpa dibebankan kepada pohon. Sayangnya foto diri ini mengganggu pejalan kaki, karena posisi letak tidak diperhitungkan, asal tancap dan dilihat orang. Akhirnya pejalan kaki banyak yang harus putar setengah lingkaran guna menghindari tabrakan muka dengan foto diri.
Belum lagi ulah tangan usil, entah apa maksudnya, banyak foto diri yang dibuat cacat dengan cara merusak wajah, nama, bahkan warna; terakhir disobek dengan tetap membiarkan sobekan tadi melambai-lambai. Kelakuan keji ini ternyata ada pada tepi jalan raya yang sebagian besar dimanfaatkan mereka yang menyandang status sosial yang tidak kaleng-kaleng.
Karena rasa penasaran yang tinggi maka mulailah melakukan wawancara tidam terstruktur pada mereka-mereka yang dekat dengan foto diri tadi. Ternyata sebagai penjaga atau pemilik tempat yang ada di hadapan halaman foto diri tadi, tidak mengetahui siapa yang memasang, bahkan tanpa ijin, pagi-pagi mereka buka pintu semua sudah ada.
Bahkan ada anak muda yang berseloroh menjawab “barangkali Gondoruwo yang pasang”. Saat didesak pertanyaan kenal atau mengetahuikah orang yang memiliki foto tadi. Ternyata semua responden mengenal nama saja ya melalui foto diri tadi; sedangkan secara personal mereka tidak mengenal sama sekali.
Ternyata ada pihak ketiga sebagai “orang suruhan” dan tentu mendapatkan imbalan dari pemilik foto diri untuk memasang semua sarana pengenal tadi. Pada posisi ini kasihan kepada pemilik foto diri, mereka dijadikan obyek untuk mendapatkan cuan oleh orang suruhan, sementara pekerjaan yang mereka tampilkan tidak jarang justru menjadikan citra negative kepada pemilik foto diri.
Pada posisi ini penulis wanti-wanti kepada bakal calon apapun dan siapapun anda, harap berhati-hati dalam menggunakan orang-orang suruhan yang tidak bertanggungjawab, karena ini akan menjadi bomerang bagi anda. Cuan anda habis, keyakinan anda terkuras, namun yang anda petik kekecewaan.
Saat akan menutup tulisan ini betul saja terjadi insiden, saat sore hari mobil penulis lewat di dekat banner dengan gambar diri seorang calon, angin bertiup kencang dan benda itu menimpa mobil penulis dan beberapa lainnya di depan. Kami semua berhenti mendadak dengan tertawa saat keluar mobil dengan sama sama berkomentar “belum jadi saja sudah menyusahkan orang, bagaimana kelak kalau yang di gambar ini jadi, mudah-mudahan tidak menyusahkan seperti gambarnya”.
Ternyata alam ikut memberikan sasmito dengan menunjukkan penanda sebagai utusan Yang Maha Kuasa. Selamat berjuang kawan, selamat menjalani takdir; salam waras. (SJ)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!