Nglangut
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Dalam bahasa Jawa, “nglangut” memiliki beberapa makna tergantung pada konteksnya. Secara umum, “nglangut” berarti: Pertama, Merenung atau Melamun: Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang sedang tenggelam dalam pikiran, memikirkan sesuatu dengan mendalam, atau melamun. Kedua, Larut dalam Perasaan: Nglangut juga bisa berarti seseorang yang sedang larut dalam perasaan atau emosi tertentu, seperti kesedihan, kegembiraan, atau kerinduan.
Kedua makna ini menunjukkan keadaan di mana seseorang sedang dalam kondisi mental atau emosional yang intens, seringkali menyendiri dan tidak banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Penting untuk dipahami bahwa nglangut bisa menjadi tanda seseorang sedang menghadapi sesuatu yang berat atau kompleks. Jika nglangut terjadi terus-menerus dan mengganggu aktivitas sehari-hari, bisa jadi itu tanda seseorang membutuhkan dukungan atau bantuan, baik dari teman, keluarga, atau profesional kesehatan mental.
Ada berbagai penyebab mengapa seseorang bisa berada dalam keadaan nglangut: Pertama, Masalah Pribadi: Stres, kesedihan, atau masalah pribadi seperti konflik keluarga, masalah percintaan, atau kesulitan finansial bisa membuat seseorang merenung dalam-dalam. Kedua, Kesehatan Mental: Kondisi seperti depresi atau kecemasan bisa membuat seseorang sering termenung dan tampak kehilangan minat pada aktivitas sehari-hari. Ketiga, Kelelahan: Kelelahan fisik atau mental akibat pekerjaan atau aktivitas yang berlebihan juga dapat membuat seseorang cenderung melamun karena tubuh dan pikiran yang lelah. Keempat, Pikiran Mendalam: Seseorang yang sedang memikirkan sesuatu yang kompleks atau sedang mencari solusi untuk suatu masalah bisa tampak nglangut karena fokus pada pemikiran tersebut. Kelima, Kehilangan atau Kesedihan: Kehilangan orang yang dicintai atau menghadapi situasi yang menyedihkan bisa membuat seseorang termenung lama karena berusaha menerima kenyataan. Keenam, Kurang Aktivitas: Kurangnya kegiatan yang menarik atau stimulasi mental bisa membuat seseorang mudah melamun karena tidak ada yang mengalihkan perhatian mereka. Ketujuh, Imajinasi atau Kreativitas: Beberapa orang mungkin tenggelam dalam lamunan sebagai cara untuk mengembangkan ide-ide kreatif atau imajinasi.
Ternyata untuk memahami mengapa seseorang sedang nglangut itu tidak sederhana, dan bisa saja disebabkan oleh salah satu dari ketujuh di atas, bisa juga karena gabungan dari beberapa, dan atau di luar ketujuh tadi. Tingal bagaimana konteks dan latarbelakangnya; sebab fenomena yang muncul pada perilaku manusia menurut teori dramatologi memiliki sejumlah unsur pendukung.
Kita tinggalkan nglangut dalam teori, lalu apa kaitannya dengan peristiwa saat ini dalam masyarakat. Ternyata di tengah masyarakat saat ini ada yang sedang menikmati kenglangutan diri; Perilaku orang yang sedang nglangut bisa dilihat dari beberapa tanda berikut: (1) Terdiam Lama: Seseorang yang sedang nglangut cenderung terdiam dalam waktu yang lama, seolah-olah pikirannya melayang ke tempat lain. (2) Tatapan Kosong: Matanya mungkin terlihat kosong atau tidak fokus pada apapun di sekitarnya, seringkali menatap ke kejauhan atau ke arah yang tidak spesifik. (3) Kurang Responsif: Orang yang nglangut biasanya kurang responsif terhadap rangsangan eksternal seperti suara atau percakapan. Mereka mungkin tidak menyadari jika ada orang yang berbicara kepada mereka. (4) Gerakan Lambat atau Tidak Ada Gerakan: Gerakannya cenderung lambat atau bahkan tidak bergerak sama sekali. Kadang-kadang mereka mungkin bermain-main dengan objek di tangan tanpa sadar. (5) Ekspresi Wajah Netral: Wajahnya seringkali menunjukkan ekspresi yang netral atau tidak mengekspresikan emosi tertentu. Tidak ada senyum, tawa, atau ekspresi marah. (6) Posisi Tubuh yang Tetap: Posisi tubuh biasanya tetap dan tidak banyak berubah selama periode nglangut. (7) Nafas Dalam dan Teratur: Pernafasannya mungkin terlihat lebih dalam dan teratur, menunjukkan keadaan relaksasi yang mendalam.
Orang yang sedang nglangut sering kali berada dalam keadaan reflektif, memikirkan masa lalu, merencanakan masa depan, atau hanya membiarkan pikiran mereka mengembara tanpa tujuan tertentu. Tampaknya yang terakhir ini justru paling banyak mengidap pada banyak orang. Mungkin kita pernah melihat, atau pernah melakukan, duduk sendiri di pojok teras rumah, atau tempat sepi lainnya dengan menghabiskan rokok atau minum kopi, bisa jadi hanya duduk bengong berlama-lama mengikuti jalannya pikir menembus angan yang tak bertepi.
Semoga ke-nglangut-an kita itu dalam rangka merekonstruksi berfikir untuk masa depan yang lebih baik. Sebab jika tidak konstruktif maka akan destruktif; dan jika ini yang jadi pilihan berarti kita dalam posisi membahayakan diri sendiri; sebaiknya lekas sadar diri sebab level tertinggi dari nglangut itu adalah Gila.
Nglangut dalam rangka kontemplasi untuk menyatukan fikir menuju Sang-Kholik; itu sah-sah saja sebab merupakan perbuatan merenung diri dalam rangka mengenal diri, memohon ampun atas dosa-dosa selama ini kepada Sang Maha Pencipta; sehingga kelak saat kita dipanggil pulang tidak tersesat dalam perjalanan menuju alam keabadian. Di sini peran agama sangat penting sebagai modal ilmu untuk memperoleh cara mendapatkan bekal dalam perjalanan abadi. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!