Mengulas Pilgub Doraemonnya HBM, Ada 4 Kelompok di Sekitar Cagub

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Kali ini tergelitik juga begitu membaca opini yang ditulis oleh “Begawan Pers Lampung” Herman Batin Mangku (HBM) yang berjudul “Tanpa Kantong Doraemon...” Ciri khas tulisan HBM yang renyah, ringan, tetapi menggigit; sehingga para pembaca dibawa larut dengan suasana batin penulisnya.

Tulisan ini juga akan fokus pada mengulas tulisan HBM dengan “tanpa suasana hati” agar tidak terbawa hanyut bersamanya, walaupun kemungkinan itu sangat kecil; akan tetapi tetap akan diusahakan agar tidak “sebiduk” dengan HBM tetapi tetap sesungai bersamanya.

Sudah sejak lama, HBM mengulas tentang pemilihan daerah khususnya untuk Lampung Satu, bahkan penulis sendiri pernah menimpali satu tulisan HBM berkaitan dengan “Peran Sinder Kebon” dalam pemilihan kepala daerah.

Kemudian HBM bersolo perahu mengkritisi, mengulik pemilihan kepala daerah, dan ada bumbu yang sedikit masuk saat beliau keberatan dengan maskot yang dipilih oleh Lembaga Pemilihan Umum Kota Bandarlampung. Tulisan beliau memancing para pemerhati adat untuk turun gunung.

Namun kali ini untuk pemilihan kepala daerah tingkat provinsi, belum muncul tulisan-tulisan yang memberi bumbu kepada tulisan HBM agar menjadi lebih renyah. Hal ini terjadi karena penguasaan masalah tampaknya HBM ada di atas rata-rata pemerhati yang ada.

Sehingga pihak yang ingin masuk seolah kekurangan bahan sebagai amunisi, bahkan mungkin karena pertimbangan tertentu sehingga memilih menahan diri.

Penulis mencoba masuk dari pintu lain, yaitu sedikit memberi “bahan penyedap” agar HBM lebih getol lagi mengawal pemilihan kepala daerah. Sengaja kata “pesta demokrasi” tidak dipakai pada poin ini karena yang pesta siapa yang sengsara siapa.

Bahkan pada masa lalu ada teman yang sengaja mengingatkan penulis untuk tidak menggunakan diksi pesta demokrasi, karena yang pesta justru terlibat korupsi.

Belajar dari peristiwa pemilihan umum yang baru lalu, ternyata memberikan sisa pengalaman kolektif dalam masyarakat pemilih.

PERTAMA

Kelompok yang merasa kecewa akan sistem dan cara yang dilakukan panitia pemilihan tingkat pusat yang sampai hari ini menyisakan masalah. Kelompok ini ditengarai akan kurang partisipatif dalam kepemilihan mendatang.

KEDUA

Kelompok yang mengambil keuntungan dari suatu momen. Golongan ini berdoa kalau bisa setiap bulan ada pemilihan, karena mereka akan bersiap menjadi pecundang (istilah HBM “radio canting”). Mereka sekarang sedang mengamati untuk mendekati kemudian menyiapkan penggorengan buat calon yang akan maju.

KETIGA

Kelompok ini mereka yang ada pada posisi “tunggu dan lihat”. Posisi ini banyak ditengarai mereka-mereka yang ada di dalam lingkungan pemerintahan, karena harus superwaspada manakala terjadi “bola muntah” yang membahayakan posisi mereka dipemerintahan kelak.

KEEMPAT

Kelompok terakhir ini adalah kelompok tanpa bentuk. Mereka ini terdiri dari orang-orang yang kecewa atau dikecewakan saat pemilihan yang lalu. Kelompok ini bersifat individual dan sulit diterka siapa dan dimana keberadaan mereka tetapi bisa “tercium” aromanya.

Karakteristiknya acuh tak acuh, terkesan masa bodoh; namun demi menutup harga diri, tetap saja datang ke tempat pemilihan suara, hanya akan memilih siapa; mereka sendiri tidak tahu.

Dengan kata lain, andai kata hipotesis HBM terbukti bahwa kantong Doraemon tidak ambil peran, maka polarisasi dalam masyarakat minimal akan terjadi empat varian tadi dengan kemungkinan lain terjadi penggabungan varian atau peminimalisiran.

Sementara kelompok dua adalah kelompok dominan. Manakala kantong Doraemon pada menit-menit terakhir akan turun, maka yang akan diuntungkan juga adalah kelompok kedua, karena mereka akan semakin lincah menjadi radio canting, serta menjadi “pembual” yang tangguh.

Keseimpulan sementara siapapun yang akan maju menjadi “Jago” maka kelompok kedualah “pemenang” nya.

Kelompok ini sebelum pertandingan dimulai sudah menang duluan; manakala pertandingan dimulai mereka akan untung berlipat.

Sebagai referensi pada saat pemilihan umum yang lalu ada calon anggota legislatif yang kalah, dan mengaku dananya justru habis untuk membiayai kelompok ini tidak kurang sampai enam digit.

Oleh sebab itu melalui tulisan ini penulis berpesan kepada semua calon tolong tetap dijaga “kewarasan” nalar dan logika. Kepada HBM disampaikan pesan teruskan perjuangan untuk mengawal demokrasi di negeri ini.
Salam Waras (SJ)

Editor: Gilang Agusman

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply