Beragam yang Tidak Seragam
Oleh: Prof. Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Saat menghadiri undangan kerabat yang menikahkan putrinya dengan pola pesta taman di suatu hotel berbintang ternama di Sumatera Selatan, menemukan keunikkan yang khas banget dari suatu peristiwa sosial. Mempelai putri ayahnya asli Lampung, ibunya ber-etnis China. Sedangkan mempelai putra ayahnya asli Sumatera Barat, ibunya asli Jawa Barat.
Pesta Taman itu sangat meriah dengan tamu undangan dari beragam etnis ada di sana; undangan dari pihak ayah mempelai putri tentu semua keluarga dari lampung hadir; bahkan acara pesta pernikahan itu dibuka dengan tarian khas Lampung. Saudara-saudara yang ber-etnis china-pun sangat banyak, baik yang berbusana muslim maupun yang tidak.
Pasukan dari Sumatera Barat-pun tidak ketinggalan mereka hadir dengan berpakaian khas Sumatera Barat, dan saudara-saudara dari pihak ibu mempelai laki-laki, mengusung khas Jawa barat mereka tampilkan. Tentu saja mereka juga membawa generasi muda dengan sudah beragam warna budaya dan etnis dan etnik khas orang muda.
Taman itu betul-betul menjadi “melting pot” tumpah ruah beragam manusia dengan beragam latar belakang, tetapi diikat dengan keindonesiaan. Mereka berkumpul, menari, berdendang bersorak, dan tidak satu kelompok atau orang pun yang bicara “calon presiden, partai apa, memilih siapa, mau jadi apa”; semua lebur menyatu dalam kegembiraan bersama.
Makin seru lagi karena setiap tamu yang hadir diberi nomor, dan nomor ini kemudian diundi untuk mendapatkan sedikit hadiah berupa buah tangan. Tentu saja saat nomor undian disebutkan oleh panitia dan yang bersangkutan maju ke muka pelaminan pengantin untuk mendapat bingkisan dari kedua mempelai, maka hiruk pikuk pun terjadi.
Suasana keindonesiaan yang begitu mencair sangat terasa, karena peristiwa sosial yang disebut “amalgamasi” ini seolah menjadi perekat sekaligus jembatan sosial untuk membangun kebersamaan dalam bingkai keindonesiaan.
Suasana damai tidak ada friksi apalagi berkelahi sangat tidak tampak di sana; semua berbaur dalam satu wadah sosial, mereka betul-betul beragam yang tidak seragam kecuali baju petugas hotel dan organizing comitte saja yang dibuat sebagai penciri kalau itu bukan tamu. Pada himpunan itu tidak ada ketua atau sekretaris, tetapi mereka tetap bisa rapi dan harmoni ter-aransemen secara sosial.
Toleransi saling menghormati saat antri dan mendengarkan dengan hikmat semua lantunan penyanyi yang berlagu asing mungkin bagi telinga mereka. Semua tidak tampak adanya penolakkan, justru yang ada adalah wajah-wajah berterima akan adanya perbedaan.
Berbeda jauh dengan alam di luar areal itu; dari ruang parlemen terdengar sayup-sayup seorang anggota mengatakan secara tersamar mereka tidak begitu patuh pada presiden yang dipilih rakyat seperti halnya juga mereka. Justru mereka patuh tegak lurus dengan ketua umumnya. Dengan kata lain negeri ini sebenarnya bukan dipimpin oleh presiden, riilnya dipimpin ketua umum partai. Merekalah pengendali bidak-bidak di papan catur; oleh karena itu untuk memudahkan identitas diperlukan perbedaan; pembeda itu biar tampak dinamis, maka harus ada “perseteruan”; nah, perseteruan ini harus direkayasa ada dan terpelihara.
Keberadaan perseteruan dengan label dinamis tampak sesuatu yang harus ada, sehingga posisi pimpinan selalu terus diperlukan. Keberagaman yang tidak seragam pada posisi ini adalah untuk melanggengkan kekuasaan, karena akan ada strata dan hegemoni. Posisi musyawarah tidak selamanya untuk mufakat, karena ketidakmufakatan sendiri adalah hasil mufakat.
Perjalanan negeri ini makin jauh, perubahan demi perubahan mengikutinya. Tinggal bagaimana kita beradaptasi kepada setiap perubahan, dan terus menjaga keutuhan dan kesatuan negeri ini sepanjang masa. Beragam yang tidak seragam adalah sunatullah, oleh karena itu diperlukan pemimpin yang mampu mengelola keberagaman agar menjadi motor penggerak menuju negeri yang Gemah Ripah Loh Jinawi, Toto tentrem Kartoraharjo kata Pak Dalang dalam pertunjukan wayang purwa. (SJ)
terimakasih sudh memberikan informasi yang menarik,kunjungi Telkom University