Bandar Jaya Dulu, Kini, dan yang akan datang
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Berdasarkan penelusuran digital dan informasi beberapa sumber hasil penelitian, daerah ini memiliki sejarah singkat sebagai berikut: Kota Bandar Jaya adalah sebuah kota kecil di Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Kota Bandar Jaya posisinya strategis dan menjadi daerah transit paling ramai yang dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatra dan Jalan Tol Bakauheni-Bandar Lampung-Terbanggi Besar.
Secara administratif, Bandar Jaya terbagi atas 2 kelurahan, yakni Bandar Jaya Barat dan Bandar Jaya Timur. Bandar Jaya Barat terletak di sebelah barat Jalan Negara (Jalan Raya Lintas Sumatra) dan Bandar Jaya Timur terletak di sebelah timur Jalan Negara.
Di Bandar Jaya terdapat dua pusat perbelanjaan, yaitu Plaza Bandar Jaya dan Chandra Superstore Bandar Jaya. Di sini juga terdapat masjid termegah di Kota Bandar Jaya, yaitu Masjid Agung Istiqlal Bandar Jaya. Masjid ini menjadi pusat peribadatan di Bandarjaya sekaligus sebagai tempat singgah para musafir.
Sumber lain dari hasil penelitian salah seorang mahasiswa Unila mengatakan: Bandar Jaya pada awalnya merupakan daerah transmigrasi yang pertama kali dibuka pada tanggal 8 Mei 1954 oleh jawatan transmigrasi dan diberi nama “BANDAR JAYA”. Pada saat itu daerah transmigrasi Bandar Jaya merupakan wilayah tanah marga dari masyarakat Terbanggi Besar, sehingga pada tahun awal pembukaannya, daerah transmigrasi Bandar Jaya merupakan bagian kampung atau desa Terbanggi Besar.
Pada awal dibukanya daerah transmigrasi Bandar Jaya diisi rombongan transmigrasi dari pulau Jawa sebanyak 80 kk yang terdiri dari dua rombongan, yaitu: Rombongan dari Malang dipimpin oleh bapak Ranu Diharjo. . Rombongan dari daerah Banyumas dipimpin oleh bapak Darsoso.
Seiring berjalannya waktu, maka jumlah penduduk yang mendiami desa Bandar Jaya semakin bertambah, sehingga pada tahun 1989 diadakan kembali pemekaran dusun, yang semula berjumlah enam dusun menjadi delapan dusun.
Berdasarkan pada peraturan daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 5 Tahun 2002 Tanggal 5 November 2002 tentang “Perubahan Kampung menjadi Kelurahan dan Pembentukan Kelurahan”, kampung BandarJaya ditingkatkan statusnya menjadi Kelurahan juga sekaligus dipecah menjadi dua Kelurahan, yaitu Kelurahan Bandar Jaya Barat dan Kelurahan Bandar Jaya Timur. Dengan pemisah antara kedua Kelurahan tersebut adalah jalan raya Proklamator atau jalan lintas Sumatera yang membentang di tengah-tengah kampung desa Bandar Jaya.
Berdasarkan keputusan Bupati Lampung Tengah Nomor 11 Tahun 2003 tentang Peresmian Perubahan Kampung menjadi Kelurahan dan Pembentukan Kelurahan, maka pada tanggal 28 Agustus 2003 dilaksanakan peresmian kelurahan Bandar Jaya Barat.
Pada saat ini Bandar Jaya merupakan pusat pertumbuhan ekonomi dan bisnis untuk Kabupaten Lampung Tengah. Secara kasat mata tampak setelah dibukanya Jalan Tol Sumatera, daerah ini mulai terdampak, dalam pengertian mengalami penurunan jumlah kendaraan yang melalui daerah ini. Tentu saja berakibat pada menurunnya pengunjung lintas yang pada masa lampau selalu makan siang atau malam di beberapa rumah makan ternama pada jamannya, saat ini mengalami penurunan jumlah pengunjung yang cukup signifikan, bahkan ada rumah makan yang mengurangi jam bukanya karena sepinya pengunjung.
Belum lagi warung tenda yang sebelum ada jalan Tol begitu banyak dan menjamur. Sekarang secara perlahan tapi pasti mengalami kebangkrutan. Sama halnya dengan pedagang Umbi Biru yang semula menjadi penciri khas Banda Jaya; sekarang pedagang inipun mulai gulung tikar karena kehilangan pembeli.
Ternyata adanya jalan Tol yang melintasi Kabupaten Lampung Tengah itu di samping membawa berkah, juga berdampak iring membawa bencana bagi sebagian daerah, termasuk Bandar Jaya. Desa yang berbudaya kota ini lambat laun akan mengalami nasib seperti saudaranya di Kabupaten Pesawaran yaitu Bagelen. Sama-sama daerah bekas Transmigran yang sama-sama semula menjadi nafas perekonomian daerah, berangsur-angsur suram karena tidak adanya perencanaan yang baik, matang dan berkelanjutan.
Hal ini juga sering terjadi pergantian kepemimpinan dari sebelumnya tidak diteruskan oleh penerusnya, dan terkadang hanya karena persoalan personal, bukan persoalan berkelanjutannya suatu program pembangunan jangka panjang. Hal lain juga yang perlu menjadi perhatian bagaimana melibatkan pelaku ekonomi kelas bawah dan menengah, agar ikut dilibatkan dalam mengisi fasilitas reast area pada daerah yang dilalui oleh jalan Tol. Tentu ini harus G to G dalam menyelesaikan persoalan; bukan mereka dilepas begitu saja untuk mencari jalan keluar sendiri dari persoalan ekonomi yang mereka hadapi.
Sebelum terlanjur, sudah selayaknya pemerintah daerah mengundang para ahli pengembangan perkotaan untuk duduk bersama mencari solusi menyeluruh guna penyelamatan masa depan daerah. Saat ini tidak perlu mencari siapa yang salah, akan tetapi siapa dapat berbuat apa agar Bandar Jaya tetap Bandar yang berjaya sampai akhir masa. (SJ)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!