Kuat Tunggak, Apa Kuat Gagak?
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung
–
Pagi itu menjelang masuk ruangan kantor, mendadak teringat adik perempuan yang kebetulan cucunya masuk pada fakultas favorit di salah satu universitas negeri di kota ini. Dengan gaya cerianya Pensiunan Pemilik Sekolah di Palembang ini bercerita bagaimana kerasnya kehidupan, dan diskusi pagi lewat telpon itu ditutup dengan pesan dari almarhum orang tua kami dulu dalam berjuang pada kehidupan ini seperti judul di atas, yaitu Kuat Tunggaknya apa Kuat Gagaknya.
Peribahasa Jawa “kuat tunggak opo kuat gagak” memiliki makna filosofis yang mendalam. Secara harfiah, peribahasa ini membandingkan kekuatan antara tunggak (akar atau pangkal pohon) dengan gagak (burung gagak). Dalam konteks kehidupan, peribahasa ini sering digunakan untuk menggambarkan perbandingan antara kekuatan dasar (fondasi) dan kekuatan pengaruh luar.
Kuat tunggak: Menggambarkan kekuatan yang berasal dari dasar atau fondasi yang kuat. Dalam konteks ini, bisa diartikan bahwa seseorang yang memiliki dasar yang kuat (baik itu pendidikan, nilai-nilai moral, atau karakter, nilai-nilai agama) akan lebih tangguh dalam menghadapi segala tantangan.
Kuat gagak: Menggambarkan kekuatan yang datang dari luar atau dari pengaruh eksternal. Meskipun gagak kuat, tetapi kekuatannya cenderung tidak stabil karena tidak berasal dari fondasi yang kokoh. Dalam konteks ini Gagak hanya mengandalkan kerasnya suara dan paruhnya.
Secara lebih luas, peribahasa ini mengajarkan bahwa fondasi yang kuat (baik dalam hal karakter, prinsip, atau pengetahuan) lebih penting daripada kekuatan yang hanya bergantung pada faktor eksternal. Orang yang memiliki dasar yang kuat akan lebih tahan terhadap berbagai rintangan dibandingkan dengan orang yang hanya mengandalkan kekuatan dari luar.
Berdasarkan penelusuran digital peribahasa Jawa “kuat tunggak opo kuat gagak” dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai prinsip penting dalam membangun kekuatan diri, baik dalam hal pribadi, pekerjaan, maupun hubungan sosial. Berikut adalah beberapa contoh penerapan peribahasa ini:
1. Pentingnya Fondasi Pendidikan dan Karakter
Kuat tunggak dalam kehidupan sehari-hari bisa diartikan sebagai pentingnya membangun fondasi pendidikan dan karakter yang kokoh. Misalnya, seseorang yang sejak kecil dibekali dengan pendidikan yang baik, moral yang kuat, dan nilai-nilai positif, akan mampu menghadapi berbagai tantangan hidup dengan lebih baik dibandingkan dengan orang yang hanya mengandalkan keberuntungan atau pengaruh luar.
2. Keteguhan Prinsip di Tempat Kerja
Di dunia kerja, peribahasa ini bisa diartikan sebagai pentingnya membangun kompetensi dan integritas sebagai kuat tunggak; dibandingkan hanya mengandalkan relasi, koneksi, atau “gagak” (pengaruh eksternal).
3. Hubungan Sosial yang Kuat Berlandaskan Kepercayaan
Dalam hubungan sosial atau pertemanan, kuat tunggak bisa diartikan sebagai hubungan yang dibangun atas dasar saling percaya dan keterbukaan. Hubungan yang hanya mengandalkan ketenaran atau pengaruh (seperti kuat gagak) mungkin akan tampak kuat di permukaan, tetapi akan rapuh ketika diuji oleh masalah atau konflik.
4. Ketahanan Mental dalam Menghadapi Tekanan
Dalam menghadapi tekanan hidup, kuat tunggak bisa diartikan sebagai ketahanan mental yang dibangun melalui pengalaman, kesabaran, dan kemampuan untuk mengelola emosi. Seseorang yang kuat secara mental akan lebih mampu bertahan dibandingkan dengan orang yang hanya mengandalkan dukungan luar tanpa fondasi yang kuat.
5. Membangun Bisnis atau Usaha
Dalam dunia bisnis, kuat tunggak berarti membangun usaha dengan perencanaan yang matang, modal yang cukup, dan pengetahuan yang mendalam. Usaha yang hanya mengandalkan tren atau koneksi mungkin akan cepat berhasil, tetapi tidak akan bertahan lama tanpa fondasi yang kuat.
Secara keseluruhan, implementasi peribahasa ini dalam kehidupan sehari-hari menekankan pentingnya fondasi yang kuat dalam segala hal; baik itu pendidikan, karakter, prinsip, hubungan, maupun pekerjaan. Dengan memiliki dasar yang kuat, seseorang atau sesuatu akan lebih mampu bertahan dan berkembang, meskipun ada pengaruh atau tantangan dari luar.
Tampaknya negeri ini dengan kepemimpinan baru sedang bermetamorfosis menuju kepada kekuatan “Tunggak” dalam rangka menancapkan kembali ideologi bangsa ini keseluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, walaupun tidak mengabaikan sama sekali kuatnya “Gagak” dalam bersuara. Keperkasaan yang disertai kejumawaan diri pada kondisi tertentu sangat diperlukan, sehingga jelas posisi bangsa ini ada di mana pada tataran dunia.
Harapan bangsa ini menjadi yang terbaik seperti pada masa lalu, adalah cita-cita kolektif; namun sayangnya ada banyak “tikus” yang menggerogoti dari dalam. Untuk itu diperlukan kepemimpinan yang kuat dan mengakar, sehingga bisa menyatu dengan kekuatan rakyat dalam mencapai cita-cita bersama mewujudkan Indonesia emas pada zamannya. Salam Waras (SJ)
Editor: Gilang Agusman