Masalah

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Bandar Lampung

Doktor Herdian memposting di line media masanya guyonan ala Gus Dur, yang nama lengkapnya Abdul Rahman Wahid mantan Presiden dan juga ulama besar Indonesia pada masanya; isi guyonan itu jika dideskripsikan sebagai berikut: …..”hanya ada dua masalah di dunia ini….pertama…. masalah yang dapat diselesaikan,..ini tidak perlu dipikirkan karena bisa diselesaikan dan itu berarti tidak dapat disebut masalah…….Kedua,….. masalah yang tidak dapat diselesaikan,……karena tidak dapat diselesaikan……… maka tidak perlu dipikirkan untuk diselesaikan karena akan menghabiskan waktu saja….”

Sepintas guyonan itu hanya untuk memancing tertawa saja, tetapi sejatinya ada hal yang esensial ingin disampaikan melalui guyonan itu. Untuk menelusurinya pertama kita harus menemukenali apa sejatinya “masalah”, karena setiap kita tentu pernah mendapatkan masalah. Bagi mereka yang pernah belajar Metodologi Penelitian tentu sudah biasa mendengar pertanyaan apa masalahya, dan apa yang disebut masalah, serta apa bedanya dengan permasalahan.

Dikutip dari berbagai sumber menyatakan bahwa, pengertian masalah adalah situasi atau kondisi yang mengandung kesulitan atau ketidakpastian yang memerlukan pemecahan atau penyelesaian. Masalah seringkali muncul ketika ada perbedaan antara keadaan yang diharapkan dengan kenyataan yang terjadi, atau ada kesenjangan antara harapan dengan kenyataan; dan situasi ini menuntut adanya tindakan untuk mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan.

Masalahnya sekarang adalah semua bermasalah, tetapi justru itu dianggap tidak masalah; manakala kita mempersoalkan itu masalah, justru kitanya yang bermasalah.
Bisa jadi sebenarnya bukan masalah, tetapi jika tidak ada masalah, justru akan bermasalah. Maka dibuatlah sesuatu itu bermasalah, atau menjadikannya masalah.

Dengan demikian sejatinya dalam kehidupan ini kita tidak bisa menghindar dari masalah, karena hidup sendiri adalah masalah. Tanpa masalah maka hidup ini tidak akan hidup, yang penting bagaimana menemukenali masalah itu untuk dapat diselesaikan; sekalipun penyelesaian masalah itu juga bibit dari akan timbulnya masalah baru.

Pernyataan terakhir ini sering orang menyebutnya dengan dialektika; dan hidup ini adalah pergerakan dari dialektika itu, menurut paham ini. Untuk itu kita boleh beda pendapat dan sah- sah saja; sebab perbedaan pendapat sejatinya berawal dari perbedaan tafsir, dan tafsir ini berbeda karena perbedaan sudut pandang.

Persoalannya sekarang adalah kita sebagai rakyat sudah capek dengan sejuta masalah; dan anehnya setiap selesai Pemilian Umum, rakyat mentengarai selalu timbul berjuta masalah. Terakhir dari pemilihan umum yang baru saja berakhir, justru menyisakan sejumlah masalah, yang semuanya menekan kebawah. Siapapun pemenangnya seolah hanya ada dua pilihan dalam mencari penyelesaian masalah yang berkaiatan dengan dana untuk menggerakkan roda ekonomi negeri. Pilihan pertama meningkatkan jumlah pinjaman luar negeri; pilihan kedua, menaikkan pajak. Bahkan kedua pilihan itu bisa jadi dilaksanakan secara bersamaan, dan simultan.

Pada masa lalu pinjaman luar negeri dibahasahaluskan menjadi “bantuan luar negeri”; puncaknya negeri ini kolaps pada tahun 1998; dan ini merupakan pengulangan kondisi pada tahun 1966 sebelumnya yang membawa ekonomi negeri ini hancur-hancuran. Karena pada waktu itu sanering besar-besaran terjadi dengan “mengantikan” nilai rupiah dari seribu rupiah menjadi satu rupiah.

Sementara sekarang rakyat juga dihadapkan pada program-program yang juga memberikan penekanan pada aspek peningkatan pajak, dan meningkatkan pinjaman luar negeri untuk membayar janji pemilu. Seolah jargon menyelesaikan masalah dengan masalah, mendapatkan pembenaran. Teori memecahkan masalah dengan masalah, atau lebih dikenal sebagai Teori Heuristik, memiliki akar yang panjang dalam sejarah pemikiran manusia. Teori ini pada dasarnya melibatkan penggunaan solusi sementara atau pendekatan yang tidak konvensional untuk memecahkan masalah yang sulit, dengan cara yang mungkin tidak langsung tetapi efektif.

Algoritma yang menggunakan prinsip memecahkan masalah dengan masalah, atau dikenal sebagai algoritma heuristik, sering digunakan dalam situasi di mana solusi optimal sulit atau tidak mungkin ditemukan dalam waktu yang wajar. Algoritma heuristik ini memanfaatkan berbagai pendekatan untuk mencari solusi mendekati optimal dalam waktu yang wajar. Mereka sangat berguna dalam masalah-masalah yang terlalu kompleks untuk diselesaikan dengan metode eksak dalam waktu yang terbatas.

Meskipun solusi yang ditemukan mungkin tidak selalu optimal, mereka sering kali cukup baik dan praktis untuk digunakan dalam banyak situasi dunia nyata. Jadi pilihan untuk menaikan pajak dan menambah jumlah hutang luar negeri, jika pendekatan algoritma heuristik yang dipakai, menjadikan keputusan itu wajar. Masalahnya sekarang tinggal kita sebagai rakyat akankah tercekik dua kali dalam menjalani hidup ini. Ibarat pepatah mengatakan “salah melangkah di awal, menjadikan jauh akan tujuan”; semoga kita semua masih diberi waktu untuk dapat menemukan jalan kembali.

Editor: Gilang Agusman

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply